Pelajaran di Balik Semrawutnya Jalan Raya

Oleh : Eka Risyana Pribadi

Lagi-lagi nemu tulisan ‘kuno’. Ini tulisan mengenai pengalaman saya berkendara motor di kota Bandung. Tulisan dibawah dibawakan dengan narasai memaksakan agak puitis dilanjutkan dengan ulasan singkat yang debatable. monggo..

Sungguh mengesalkan dan melelahkan mengendarai motor di pagi hari. Jalanan kota Bandung begitu macet dan terlihat begitu banyak kendaraan terutama kendaraan roda dua termasuk kendaraan yang aku pakai. Sebenarnya keadaan tidak terlalu macet sebelum memasuki daerah cicaheum dan perempatan jalan Pahlawan. Sepeda motor yang berjubel itu terlihat bagaikan kumpulan kuda yang ditunggangi oleh para knight yang hendak bertempur di medan perang. Namun sayangnya para knight itu terlihat tak lebih dari sekedar pembuat macet dan penyebar polusi, sekali lagi, termasuk aku.

(baca lanjut…)

Latihan Mengetik Buta / Blind Typing

Lucu juga, ini tulisan lama yang sudah lama tenggelam. Dulu, tulisan iniĀ  dibuat hanya sekedar untuk latihan blind typing alias mengetik buta. Bahasanya agak dibuat puitis dan ditulis tanpa mikir panjang, dengan kata lain, apa yang tertulis adalah apa yang saat itu terlintas di pikiran.

Mengapa hari ini aku berada di tempat yang tidak pernah aku tempati sebelumnya. Hari ini begitu cerah sehingga aku begitu merasa senang dan bahagia. Selama ini aku tak pernah memikirkan bahwa aku akan berada di tempat yang indah seperti ini. Cinta memang tak pernah berdusta. Itulah hal yang bisa aku ambil dari sebuah pengalaman indah tentang apa yang terjadi hari ini. Padahal jika engkau tahu apa yang terjadi pada ku hari ini engkau akan merasa jijik dan muak. Bayangkan saja apa jadinya jika seorang teman yang selama ini bersama tidak ada lagi bersama kita dalam mengarungi kehidupan ini.

Oh, memang sulit untuk menghadapi kehidupan yang begitu penuh akan teka teki dan pertanyaan ini. Banyak sekali hal yang harus aku putuskan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Menikah, kuliah, bekerja, atau berafiliasi di kelompok tertentu. Hal tersebut bagi ku tak jarang membuat kepala ini pening dan sulit untuk bisa tenang. Terlebih sifatku yang begitu perfeksionis dalam menghadapi sesuatu. Teringat ketika aku dulu pusing hanya karena memikirkan jadwal kuliah yang bentrok, atau dosen aneh yang terkadang bagaikan sebuah mimpi buruk yang selalu datang menghampiri.

Begitu indah ternyata hidup ini jika hati ini tidak ubahnya seperti merpati yang terbang di angkasa. Bebas tidak terbebani sesuatu. Hal yang membuatku kembali tersadar adalah ketika aku kembali menyadari bahwa aku ternyata tidak sendirian di dunia ini. Banyak teman teman yang memiliki masalah yang sama denganku. Jika aku mempunyai masalah seharusnya akupun yakin bahwa orang lain pun mengalami hal yang sama dengan apa yang aku alami. Terkadang juga aku berprasangka tidak baik kepada orang lain yang aku lihat. Terkadang aku sangat membenci orang yang ternyata mungkin begitu mencintaiku. Saat cinta itu datang aku tak pernah menanggapinya sehingga tak jarang hal itu membuatku kehilangan seorang teman yang mencintaiku.

Sebenarnya aku tak tahu sedang menulis apa. Aku terkadang hanya menekan tut tut pada kiborku hanya untuk melatihku dalam meningkatkan kemampuan mengetikku. Aku ingin sekali bisa mengetik dengan cepat dan tepat. Aku ingat ketika pertama kali aku melihat orang bisa mengetik dengan cepat. Saat itu aku masih berada di semester pertama di kuliah ku. Aku melihat seorang teman yang duduk disebelahku melakukan dengan cepat mengetik kode program pada bahasa pascal. Aku terhenyak tak percaya terhadap apa yang telah aku lihat. Aku kira hal itu hanya sebuah angan-angan dalam cerita fiksi ilmiah yang sering ada di film. Namun baru saat ini aku kembali bersemangat untuk dapat melakukan mengetik dengan menggunakan sepuluh jari, oh menurutku tidak sepuluh, namun hanya sembilan kan ?.

Luar biasa apa yang aku dapatkan kemarin sabtu (1 sept 07) ketika aku menjadi badan pengawas kegiatan kuliah perdana untuk mahasiswa baru angkatan 2007 yang diselenggarakan BEM KEMAKOM. Saat itu aku begitu termotivasi oleh pembicaraan Pak Dedi Sasmita beserta seorang muridnya. Mereka kini telah menjadi satu tim. Guru dan murid itu membuat ku penasaran ternyata apa pun bisa aku ketahui dan aku kerjakan. Pak Dedi Sasmita. Kesan pertama mendengarkan kuliah beliau begitu membuatku ingin cepat cepat kuliah pada dua matakuliah yang aku kontrak di semester ini. Ya, aku mengambil mata kuliah desain web dan basis data dengan dosen beliau. Semoga beliau bisa mengajar maksimal sehingga dapat membuatku dan teman-temanku lebih baik.

Sekilas harapan tersebut sedikit meredup karena sore ini aku dan beberapa teman ku yang tak lebih dari tiga perempat mahasiswa ilkom 2006 hanya mendapat kuliah yang singkat dari pak Salman. Jam setengah lima sore sudah berakhir, padahal seharusnya sampai jam enam sore. Sedangkan kelas sebelah yang penuh sesak masih begitu berlangsung dan nampaknya begitu asyik belajar matakuliah yang sama bersama Pak Wasla. Namun tak apa lah, aku setidaknya dapat memanfaatkan waktu yang ada, ya cukup banyak waktu yang tersisa saat itu membuatku mondar mandir di dekat mading lalu pulang ke kost sambil melihat orang-orang yang sedang bermain sepak bola di lapangan santiago berdebu (lapangan UPI yang bersebelahan dengan stadion UPI).