(Updated On : 23 Agustus 2012)
bismillah…
Alhamdulillah, pada hari rabu (17/09/09) kemarin aku mengisi mentoring untuk mahasiswa ilkom 2008 dalam rangka kegiatan b-mail ’08 (Bimbingan Mahasiswa Ilmu Komputer 2008). Sore itu merupakan pertemuan kedua dan pada pertemuan itu aku harus membawakan materi yang cukup berat (bagiku). Membahas apa ? …… yaitu Al-Iman. Sebenarnya materi yang tersedia di buku panduan untuk bab tersebut tidak terlalu banyak sih, namun aku rasa itu sangat kurang untuk membahas hal yang begitu fundamental. Sehingga aku terpaksa harus mencari referensi lain via internet untuk masalah Iman, Islam, dan Ihsan. Alhamdulillah dapet. Aku pun menemukan cerita tentang dialog antara seorang atheis dan ulama, seru lho.
Aku gak akan menceritakan bagaimana konsep para ulama mengenai keimanan dan juga gak akan bercerita mengenai keadaan mentoring pada waktu itu, tapi lihatlah fakta mengenai hubungan antara keimanan dan kehormatan :
Thariq bin Ziyad pada abad 8 M, membakar seluruh perahu yang telah membawa dia dan pasukannya menyembrang ke Spanyol melalui selat Gibraltar. Hal itu dilakukan karena ia sadar bahwa pasukan Spanyol yang berhadapan dengannya memiliki jumlah yang jauh lebih banyak. Dengan dibakarnya perahu-perahu tersebut membuat dia dan pasukannya hanya fokus pada dua hal : Mati syahid atau Menang, gak bisa kabur (kan perahunya udah hangus tenggelam). Dan ternyata dengan terfokusnya pikiran bisa membuat datangnya sebuah kemenangan.
Sultan Muhammad II (Al-Fatih) pada abad 15 M, berhasil merealisasikan hadist nabi Muhammad SAW tentang penaklukan kota Konstantinopel : “Konstantinopel akan ditaklukkan oleh tentara Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja & tentaranya adalah sebaik-baik tentara (Al-hadist)”. Tahukah apa yang ada di benak Al-fatih ketika dia masih kecil ? ternyata ia begitu percaya dan yakin bahwa orang yang akan merealisasikan hadist tersebut adalah dirinya sendri. Luar Biasa kan !!!
***
Dua penggalan cerita di atas adalah contoh dari sekelumit kesuksesan ummat yang pernah dicapai di muka bumi ini. Benang merahnya adalah mereka percaya dan begitu yakin akan apa yang mereka usakan. Tak ada sedikit pun ragu terbesit di dadanya. Ada peribahasa yang cukup menghujam: “Muslim berjaya karena menjalankan agamanya, sedangkan Barat berjaya karena meninggalkan agamannya”.