(Case Study) Berfikir Negatif: Sebab, Gejala, Dampak dan Cara Penyembuhannya

Cerita bermula saat akhir bulan Maret 2013. Saat itu selepas jogging di hari Sabtu, badang tiba-tiba panas. Setelah 3 hari, demam tidak kunjung turun. Akhirnya diperiksa ke rumah sakit. Hasil cek darah tidak ada yang mengkhawatirkan. Tapi ternyata saya terkena campak. Lima hari kemudian saya sembuh. Tidak ada lagi demam, gatal dan bintik merah. Bulan Maret berakhir, namun seolah menjadi awal bagi masalah ini.

Bulan April saya kembali ke Jakarta untuk bekerja. Bayang-bayang sakit beberapa waktu sebelumnya masih ada. Setiap keluhan yang saya rasakan di badan, membuat khawatir. Saat badang panas, khawatir. Begitu pula saat tiba-tiba gatal, tiba-tiba sakit kepala, tiba-tiba perut mual, jadi khawatir. Dari hari ke hari seperti itu, menjadikan level kekhawatiran terus meningkat.

Kekhawatiran yang dirasakan itu terus berlangsung dan tak bisa dikendalikan. Terutama khawatir berlebihan mengenai kesehatan. Setelah dianalisis, apa yang membuat khawatir berlebih akhirnya dapat ditemukan penyebabnya. Saya punya teman di kantor yang meninggal karena suatu penyakit. Sejak saat itu saya menjadi semakin sering mencari tahu gejala-gejala penyakit tersebut di internet. Setelah mengetahui berbagai gejala penyakit tersebut, saya serasa mulai merasakan gejala tersebut di tubuh saya. Entah nyata atau halusinasi. Dari sana mulailah pikiran negatif muncul. Terus dan terus berkembang berkelanjutan.

Awal bulan Mei saya merasakan pusing dan sulit konsentrasi. Saat itu pikiran negatif semakin memuncak, yakni : saya meyakini bahwa ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Setelah menyampaikan pada orang tua, mereka menyarankan untuk tetap berfikir positif. Selain itu, untuk meyakinkan, mereka menyarankan untuk diperiksa ke dokter. Akhirnya saya diperiksa dokter.

Bertempat di rumah sakit yang tak jauh dari rumah, saya diperiksa dokter. Cek darah dan cek urine. Saya tidak sabar untuk mengetahui hasilnya. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya hasil test keluar. Hasilnya diluar yang selama ini saya khawatirkan. Cek darah dan cek urine, semuanya hasilnya bagus. Tidak ada yang mengkhawatirkan. Melihat hasil tersebut, dokter mendiagnosis saya kurang minum dan terlalu sering melihat layar komputer. Oke, case closed. Secara medis saya baik-baik saja.

Walaupun sudah dinilai sehat oleh dokter, saya masih merasakan pusing, sulit konsentrasi, dan kadang-kadang linglung. Pasti ada yang tidak beres. Masalahnya bukan pada kesehatan fisik, tetapi pada kesehatan pikiran. Satu bulan lebih digerogoti pemikiran negatif tentang kesehatan, itulah penyebabnya. Harus bertindak. Tidak boleh sampai dikendalikan oleh pikiran negatif. Saat itu mulailah membaca buku ‘Terapi Berfikir Positif’ karya Ibrahim Elfiky. Berdasarkan buku tersebut, saya mulai melakukan self hipnosys agar bisa memprogram ulang pikiran yang telah digerogoti pemikiran negatif. Selain itu saya juga mulai meditasi dan relaksasi melalui pernafasan. Sambil berdoa, akhirnya bisa kembali membangkitkan pemikiran positif dan tidak terlalu mengkhawatirkan kesehatan.

Pesan moral dari pengalaman saya itu adalah :

  • Jangan terlalu menanggapi informasi di internet mengenai kesehatan (misal : Hati-hati jika badan anda panas, anda bisa mengidap kanker). Biasa aja. Agak curiga juga sih, apakah ada konspirasi antara media dan rumah sakit agar ada pasien baru ? gak tahu deh, hehe.
  • Jangan terlalu khawatir mengenai kesehatan. Setiap orang punya level kesehatan berbeda.
  • Hati-hati saat terlintas pikiran negatif. Kalau terlintas, lawan. Jangan dibiarkan dan berlanjut begitu saja. Kalau tidak, pikiran negatif itu akan semakin berkembang dan sulit dihilangkan.
  • Jika sudah terlanjur dikuasai pikiran negatif, lakukan self hypnosys, meditasi, dan latihan pernafasan.

Burung Irian Burung Cendrawasih, Cukup Sekian dan Terima Kasih. šŸ™‚

Tinggalkan komentar