Memulai reactjs

Buat kamu yang ingin memulai develop pakai reactjs, berikut ini pengalaman saya memulai belajar react.

Dunia Javascript di 2017 

Terakhir nyentuh javascript di tahun 2011. Itupun murni javascript, tanpa framework, tanpa library, intinya coding sesuka hati. Sekitar tahun 2016, kembali nengok javascript dan baca-baca perkembangannya. Wow, membingungkan. Sampai bingung mau mulai nyentuh apa dulu. Ada angular, express, reactjs, nodejs, vuejs, dll. Mengenai kebingungan itu, ada tulisan di hackernoon yang mewakili banget 😀

Kenapa Reactjs ?

Saat ini reactjs memang lagi hits. Beberapa lowongan kerja pun membutuhkan developer reactjs. Trend react makin naik dari tahun ke tahun. Berikut ini grafiknya.

Capture
https://medium.freecodecamp.org/trending-developer-skills-based-on-my-analysis-of-ask-hn-whos-hiring-26c02a3ca1fd

Prerequisite

Karena reactjs adalah library front end, maka harus ada pengetahuan tentang javascript, html, dan css. Khusus untuk javascript, ada baiknya membiasakan pakai ES6 ke atas.

Menyiapkan Environment

Menyiapkan environment juga ternyata cukup ribet. Biasanya kalau develop frontend kan gak perlu macam-macam, cukup text editor dan browser. Bahkan kalau kita pakai library pun (misalnya Jquery) cukup include CDN atau local files. Tapi ternyata untuk bisa develop react tidak sesimple itu. Harus install node.js dulu (biar bisa npm) dan juga babel (biar bisa compile JSX), dan lain-lain.

Tapi syukurlah, ada banyak tools yang memudahkan kita untuk setup environment (a.k.a boilerplate), salah satunya create-react-app. Setelah install itu, kita bisa langsung coding tanpa konfigurasi apa-apa. Selain create-react-app, banyak boilerplate yang lain, bisa dicari di Github dengan keyword ‘react boilerplate’.

Untuk kebutuhan development, saya pakai browser google chrome yang terinstal extension ‘React Developer Tools’. Ini berguna pada saat debugging.

Sumber belajar

Berikut ini buku dan video yang menjadi sumber utama. Pembahasannya cukup enak untuk diikuti dan mudah dipahami.

  • Buku: The Road To Learn React – Robin Wieruch
  • Video list: thenewboston – React JS Tutorial For Beginner
  • Video list: Academind – RejactJS Basics
  • Video Workshop: Codepolitan Webinar – React.js Getting Started

Buku dan video di atas menjelaskan mengenai ES6, setting up environment, dan konsep reactjs. Untuk buku dan video list, saya sendiri baru mempelajari kira-kira setengahnya.

Dari sumber tersebut, coba buat aplikasi sederhana berupa kalkulator

Please share your though in comment box below.

See you !

Pengalaman Membuat Paspor di Kanim Jakarta Selatan via Online

Disclaimer :

  • Teknis pembuatan paspor untuk setiap Kanim mungkin berbeda. Saya membuat paspor di Kanim Jaksel.
  • Teknis pembuatan paspor mungkin berbeda dari waktu ke waktu. Pengalaman ini antara tanggal 1 Maret 2015 – 11 Maret 2015.
  • Pengalaman ini ditulis jika mendaftar melalui online, untuk mendaftar melalui walk-in pasti ada perbedaan.
  • Pengalaman ini ditulis ketika saya mendapat antrian awal saat datang ke Kanim, jika datang agak siang mungkin akan berbeda. Pada waktu itu saya sampai di Kanim jam 05.45.

 

Beberapa hari yang lalu saya nyoba bikin paspor (bikin paspor kok coba-coba, hehe). Awalnya sempet bingung karena kan saya kerja di Jakarta (senin-jumat), sedangkan KTP saya Bandung. Lalu, apakah membuat paspor harus sesuai KTP ? Ternyata jawabannya ‘tidak’ sodara-sodara. Kita bisa buat paspor di mana saja. Karena itu, saya memilih buat paspor di Jakarta. Ada banyak Kantor Imigrasi (Kanim) di Jakarta. Dari sekitar 5 atau 6 Kanim, saya memilih Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan (Kanim Jaksel). Alasannya, karena tidak terlalu jauh dengan kantor dan mudah dijangkau oleh busway. Naik koridior Dukuh Atas – Ragunan, turun di halte Imigrasi, sampai deh.

Secara umum ada dua cara pembuatan paspor, yaitu walk-in dan online. Perbedaan utamanya adalah dari sisi pengisian formulir dan kunjungan ke Kanim.

Untuk walk-in, paling tidak, harus datang 3 kali. Kedatangan pertama, pada saat pengisian formulir dan penyerahan berkas. Kedatangan kedua, pada saat pengambilan foto, scan jari, dan wawancara. Kedatangan ketiga, pada saat mengambil paspor. Untuk cara walk-in ini saya kurang paham karena belum pernah.

Nah untuk yang online, walaupun istilahnya ‘online’, tetap saja ujung-ujungnya harus datang ke Kanim. Untuk cara online, cukup dua kali datang ke kantor imigrasi. Kedatangan pertama, pada saat menyerahkan surat tanda permohonan, bukti pembayaran, berkas persyaratan, pengambilan foto, scan jari, dan wawancara. Kedatangan kedua, pada saat mengambil paspor. Perbedaan utama online & walk-in adalah pada tahapan pengisian formulir dan waktu pembayaran. Kalau yang walk-in ngisi formulirnya on the spot di Kanim, sedangkan yang online ngisi formulirnya ya via online, hehe (https://ipass.imigrasi.go.id:8443/xpasinet/faces/InetMenu.jsp).

Jadi sebenarnya, baik walk-in maupun online tahapan yang harus dilalui sama saja, hanya timing dan caranya saja ada yang berbeda. Kurang lebih begini :

  1. Pengisian Formulir
  2. Penyerahan Berkas
  3. Pembayaran
  4. Foto
  5. Scan jari
  6. Wawancara
  7. Ambil Paspor

Berikut ini detail penjelasan cara online. Saya pecah penjelasannya menjadi 3 bagian, yaitu : Registrasi Online, Hari Pertama ke Kanim, Hari Kedua ke Kanim.

Registrasi Online

  1. Daftar Online. Masuklah ke website www.imigrasi.go.id, cari menu ‘Layanan Publik’ –> ‘Layanan Paspor Online’. Saya gak akan menjelaskan detail, karena petunjuknya ada di sana, carilah menu ‘Petunjuk Pengisian Layanan Paspor Online’. Baca baik-baik petunjuknya.
  1. Pembayaran. Setelah mengisi formulir online, nantinya akan dikirimi email berupa surat pengantar ke bank. Buat apa ? ya buat bayar paspor. Pembayarannya melalui Bank BNI. Untuk paspor biasa 48H harganya 355 ribu, tapi saat bayar ke BNI jadinya 360 ribu karena ada tambahan biaya administrasi 5 ribu. Setelah bayar, nanti akan dikasih bukti pembayaran. Simpan baik-baik, karena akan dipakai untuk konfirmasi pembayaran, penyerahan berkas dan pengambilan paspor.
  1. Konfirmasi Pembayaran. Kembali ke web layanan paspor online, di sana anda harus memasukkan nomor ‘jurnal bank’ yang terdapat di bukti pembayaran bank. Anda harus sabar, karena biasanya webnya lambat. Selain itu, setelah memasukkan nomor jurnal bank, akan muncul pesan aneh (saya lupa pesan nya seperti apa). Terus saja coba lagi aja. Jika statusnya ‘sudah bayar’ maka proses bisa dilanjutkan. Nantinya akan ada email lagi yang melampirkan bukti tanda permohonan. Bukti tanda permohonan ini terdiri dari bukti permohonan itu sendiri dan formulir. Simpan baik-baik bukti permohonan ini karena ini wajib dibawa saat datang ke Kanim.

 

Hari Pertama ke Kanim

  1. Persiapan. Pastikan menyiapkan dokumen berikut ini sebelum datang ke Kanim :
  • Dokumen asli (KTP, Kartu Keluarga, Akta lahir / Ijazah / Kartu nikah)
  • Dokumen fotocopy (KTP, Kartu Keluarga, Akta lahir / Ijazah / Kartu nikah). Semua dokumen fotocopy harus A4, jangan dipotong.
  • Bukti Pembayaran Bank
  • Bukti Tanda Permohonan (termasuk formulir). Pastikan dulu formulirnya dilengkapi. Ini yang saya sempat bingung. saat registrasi online, saya sudah mengisi data alamat rumah, alamat kantor, dan alamat orang tua, tapi saat dicetak malah kosong. Ya sudah saya tanya ke bagian humas imigrasi melalui email (humas@imigrasi.go.id). Humas menjawab bahwa formulir perlu diisi manual pakai tinta hitam. OK deh.

 

  1. Kedatangan ke Kanim. Berikut ini yang perlu diperhatikan saat datang ke Kanim :
  • Datanglah sepagi mungkin. Saya sampai di Kanim jam 5.45. Jam segitu pun sudah banyak orang yang datang. Sempet kaget. Tapi ternyata orang banyak itu semuanya pemohon walk-in. Sedangkan yang online belum ada yang datang. Saya lah yang pertama datang, hehe.
  • Berpenampilan yang sopan, rapi, kemeja non-putih, celana panjang, dan pakai sepatu.
  • Jangan malu untuk bertanya, bisa bertanya ke sesama pemohon atau ke petugas security.

 

  1. Di dalam Kanim. Berikut kronologi selama di Kanim :
  • 05.10 – 05.45 : Perjalanan menuju Kanim. Untuk Kanim Jaksel, lokasinya tepat di depan halte busway Imigrasi. Naiklah busway koridor Dukuh Atas – Ragunan.
  • 05.45 – 07.00 : Mengantri di depan pintu masuk Kanim. Antrian di depan pintu masuk ini dibagi dua, antrian untuk yang walk-in dan untuk yang online. Untuk antrian online saya bersyukur karena dapat antri paling depan, dan antriannya lebih sedikit daripada yang walk-in. Saat mengantri di sini, pastikan berkas-berkas sudah siap. Khusus untuk yang online, pastikan bukti pembayaran bank & bukti tanda permohonan sudah disiapkan, karena saat antri di sini petugas langsung memeriksanya.
  • 07.00 – 07.20 : Masih di depan pintu masuk Kanim, ada pengarahan umum dari petugas. Isi pengarahannya tentang tata cara pembuatan paspor. Setelah memberikan pengarahan, petugas pun membuka sesi tanya jawab kalau yang ada yang kurang jelas.
  • 07.20 – 07.30 : Masuk ke dalam kanim untuk mengambil map yang berisi nomor antrian. Khusus untuk yang online, tunjukkanlah bukti permohonan yang sudah dicetak, nantinya petugas akan men-scan barcodenya, lalu kita akan dikasih map beserta nomor antrian. Khusus antrian walk-in, di map tersebut juga terdapat formulir.
  • 07.30 – 08.00 : Duduklah di tempat yang sudah disediakan. Selanjutnya akan ada pengarahan dari petugas mengenai tatacara pengisian formulir. Dengarkanlah baik-baik pengarahan tersebut. Di sini petugas pun menekankan untuk menyiapkan dokumen persyaratan ke dalam map yang sudah dikasih.
  • 08.00 – 08.10 : Mulai jam 8, layanan akan dibuka, tunggulah nomor antrian anda dipanggil. Di Kanim Jaksel ini, yang duluan dipanggil adalah yang lansia. Jadi bersabarlah.
  • 08.10 – 08.30 : Akhirnya dipanggillah nomor antrian saya. Karena dapet antrian awal, ya menunggunya pun sebentar, hehe. Masuklah ke counter yang memanggil nomor kita. Serahkanlah map kuning ke petugas yang mana map itu sudah berisi bukti tanda permohonan (beserta formulir), bukti pembayaran, berkas asli & fotocopy untuk KTP, Kartu Keluarga, Akte Lahir. Petugas akan memverifikasi dokumen tersebut. Masih di conter yang sama, kita akan diambil foto dan scan sidik jari.

Selama berada di counter ini, saya agak heran kok gak ada tahap wawancara ya ?, maksudnya, tidak secara formal dikasih tahu bahwa ini lho tahapan wawancara. Alih-alih demikian, petugasnya sih memang menanyakan beberapa hal sebagai berikut :

‘Sebelumnya belum punya paspor?’, saya jawab ‘belum bu’.

‘Pekerjaannya System Enginer TI ya ?’, saya jawab ‘iya bu’.

‘Di jakarta tinggal di mana ?’, saya jawab ‘di daerah Sudirman bu’.

‘Kerja di mana ?’, saya sebutkanlah nama tempat saya bekerja.

Sudah, begitu saja. Apakah pertanyaan-pertanyaan di atas adalah ‘wawancara’ atau bukan, entahlah. Oke kembali ke laptop. Setelah menyerahkan berkas, verifikasi berkas, pengambilan foto, scan jari, dan ‘wawancara’, petugas akan mengecap bukti pembayaran dari bank dengan stempel warna merah. Itu artinya semua proses sudah selesai dan tinggal mengambil paspornya 3 hari kemudian. Sempet kaget, kok prosesnya secepat ini.

 

  • 08.30 : Meninggalkan counter dengan kebingungan dan beberapa pertanyaan menggantung. Apakah bener secepat ini ?, Apakah bukti pembayaran yang dicap warna merah itu sudah cukup buat nanti ngambil paspor ?, soalnya kalau baca blog tentang ‘cara membuat paspor’, setelah semua proses selesai maka akan dikasih semacam bukti khusus, yang mana bukti itulah yang akan dipakai saat mengambil paspor. Maka biar yakin, saya hampiri bagian informasi untuk menanyakan hal tersebut. Mereka menjawab yang intinya, bukti pembayaran yang dicap warna merah itu sudah cukup untuk mengambil paspor, tidak ada lagi tanda terima yang lain. Oke deh, clear.

 

Hari Kedua ke Kanim

Kedatangan ke Kanim kali ini untuk mengambil paspor. Paspor bisa diambil 3 hari setelah selesai semua proses. Kalau saya, setelah 4 hari kerja, baru diambil. Layanan pengambilan paspor dimulai pada jam 10.00 – 16.00. Karena baru buka jam 10, maka saya pun agak santai. Tiba di Kanim jam 9.45, lalu menyerahkan bukti pembayaran ke petugas. Ternyata di sana sudah banyak orang yang mau ngambil paspor. Mereka datang lebih awal. Saya dapat nomor antrian 48. Untungnya, pengambilan paspor prosesnya hanya sebentar. Saya perhatikan perorang hanya memakan waktu sekitar 1 menit. Saat nomor antrian dipanggil, segera datang ke loket pengambilan. Di loket, petugas menyerahkan paspor, lalu kita disuruh untuk menulis nama, nomor paspor, nomor telepon dan tanda tangan sebagai tanda pengambilan paspor. Sudah selesai, akhirnya dapet deh paspor nya.

Selesai.

Naah, itulah pengalaman membuat paspor. Tidak tidak terlalu ribet kan, asalkan kita sudah tahu prosesnya terlebih dahulu. Caranya bagaimana ? ya rajin-rajinlah browsing dan buka web imigrasi. Selain itu, secara pribadi saya pun puas dengan pelayanan di Kanim Jaksel. Tempatnya rapi, bersih, dan proses di dalamnya bisa dibilang sangat tertib.

Jika ada pengalaman lain yang mau dibagikan, silahkan lewat comment 🙂

 

 

Sedikit Review Tentang Outliers-nya Malcolm Gladwell

Selamat siang. Selamat berlibur.

Pertengahan tahun yang lalu menamatkan buku “Outliers: The Story of Succes” karya Malcolm Gladwell. Saya kurang tahu bagaimana menilai sebuah buku, apakah bagus atau tidak, tapi menurut saya buku ini bagus. Alasannya sederhana: isinya menghibur dan mencerahkan. Buku ini membahas kesuksesan dari susut pandang yang lebih luas.

Gladwell mengatakan bahwa buku ini bukanlah tentang pohon yang berhasil tumbuh paling tinggi di hutan, namun buku ini adalah buku tentang hutan itu sendiri. Hutan yang mampu menjadikan sebuah pohon menjadi yang paling tinggi.  Artinya, kesuksesan tidak hanya ditentukan oleh sikap si individu, tapi banyak juga faktor lain di luar individu tersebut yang akan mengantarkannya kepada kesuksesan.

Berikut tuliskan beberapa hal yang nonjok banget mengenai apa yang mempengaruhi kesuksesan seseorang :

  • Keunggulan bersaing karena lahir lebih awal. Contohnya adalah pada kompetisi yang berdasarkan rentang usia.
  • Kesempatan, kesempatan, dan kesempatan.
  • Kaidah sepuluh ribu jam terbang.
  • IQ tinggi itu penting, tapi bukan segalanya.
  • Orang tua yang mengasuh dengan cara concerted cultivation.
  • Orang tua pekerja keras.
  • Pengaruh budaya : kadar kebanggaan diri (self pride), Power Distance Index, budaya hormat atasan, budaya bertani.
  • Keberanian mengubah budaya yang menghambat.

Saya coba membuatkan mindmap sederhana, sesuai yang saya pribadi pahami tentunya. Tiap orang akan punya mindmap berbeda-beda terhadap isi suatu buku. Oiya, mindmap nya dibuat pake tools ini: http://www.mindmup.com

mindmap outliers

Pengalaman Tabrakan Beruntun

Ketika asyik baca buku di perjalanan, rekan saya yang duduk di pinggir driver tiba-tiba teriak ‘AWAS!’. Refleks, saya alihkan pandangan ke depan. Gak sempat nih. Dan BOOM, mobil kami menambrak mobil yang berhenti mendadak di depan. Saya terhempas ke depan, membentur kursi driver. Tak sampai satu detik kemudian BOOM, mobil kami tertabrak dari arah belakang. Tabrakan beruntun.

Syukurnya kami bertiga tidak ada yang cidera. Baru satu hari kemudian, leher, pinggang dan paha kanan jadi pegal. Pasti ini dampak benturan di dalam mobil. Saat itu saya gak pakai sabuk pengaman. Kebiasaan jelek, seharusnya tetap pakai sabuk pengaman walaupun duduk di kursi belakang.

Sesaat setelah tabrakan, kami keluar mobil, ternyata ada enam mobil terlibat tabrakan beruntun. Mobil kami ada di urutan ketiga. Saat dicek, hanya mobil pertama dan kedua yang masih bisa jalan, sisanya harus diderek karena radiatornya rusak.

Pesan moral : Selalu berdoalah, pakai sabuk pengaman, dan pasrah.image

Mars TK Alquran – Renungan dalam Nostalgia

Kamilah santri TK Alquran
Rajin belajar giat beramal
Quran di tangan jadi pedoman
Kita sambut kebangkitan Islam

Bila kau jauh dari Alquran
Hidupmu pasti akan sengsara
Kacau dunia rusak binasa
Di akhirat mendapat siksa

Entah ada apa gerangan tiba-tiba teringat lagu itu. Lagu klasik tahun 90an. Lagu itu belum pernah kudengar di radio atau televisi. Bagi yang masih ingat lagu tersebut, mari kita ingat kembali masa-masa itu. Masa ketika kita belajar mengaji Quran dibimbing ustadz/ustadzah kesayangan kita. Coba bayangkan saat kita menyanyikan lagu tersebut bersama teman-teman sesaat sebelum pulang mengaji. Jujur, saya merinding mengingatnya.

Ada lirik yang menarik : ‘Kita sambut kebangkitan Islam’. Dulu saat masih kecil gak peduli liriknya apa, yang penting nyanyi deh. Sekarang barulah ngeh lirik lagunya. Saya salut pada pencipta lagu itu. Sejak tahun 90an beliau sudah mewanti-wanti generasi muda muslim dengan makna tersirat “Umat Islam sedang terpuruk, bangkitlah dengan menjadikan Quran sebagai pedoman hidup” .

Selamat bernostalgia 🙂

Laskar Pelangi, Bandung-Jakarta, dan Perbincangan Dua Penumpang

Apakah ini kebetulan atau tidak ?. Di perjalan Bandung-Jakarta saya isi dengan membaca Laskar Pelangi dan beberapa halaman Alquran. Di sela-sela membaca, terdengar dua penumpang di belakang berbincang-bincang. Awalnya tidak jelas apa yang mereka bicarakan. Salah seorang diantaranya sangat dominan bicara, sementara yang satunya lagi lebih pendiam. Awalnya saya gak terlalu peduli, sampai akhirnya mereka membahas tentang beasiswa. Si pembicara dominan itu ternyata punya anak SMA yang pernah ikut pertukaran pelajar di Jerman. Saya mulai tertarik, ya… tertarik nguping.

Pengetahuan dan pengalaman si dominan itu pun menegaskan bahwa dia bukan orang biasa, paling tidak, di dunia per-beasiswa-an. Si dominan terus berbicara sedangkan di pendiam lebih banyak bilang ‘ooh’, ‘iya’, ‘betul’. Dibawah ini saya sampaikan beberapa kalimat yang dikatakan oleh si dominan kepada si pendiam :

  • “Mumpung sudah kerja, nothing to lose aja, dapet (beasiswa) syukur, nggak dapet ya gak apa-apa”, ucapannya itu terasa pedas di telinga saya.
  • Ucapan lainnya adalah “Kalau lagi pacaran, kita bela-belain nyari tahu apa yang pasangan kita suka dan apa yang tidak dia suka. Tapi kalau melamar bewasiswa atau kerja, kenapa kita malas mencari informasi ?”
  • Dan ucapan terakhirnya adalah “Beasiswa S1 sedikti, kalau S2 banyak. Tahu Regina-Idol ?, dia kan berkali kali ikut audisi dan akhirnya lolos, bahkan dia bisa jadi juara. Begitu juga dengan mengejar beasiswa”.

Kembali ke awal, entah kebetulan atau tidak, novel Laskar Pelangi yang sedang saya baca itu menceritakan salah satunya adalah tentang pendidikan (beasiswa), dan di saat yang bersamaan, di perjalanan Bandung-Jakarta ada dua penumpang yang membicarakan tentang beasiswa. Kuping ini panas. Adrenalin pun meningkat. Selamat malam.

Perubahan = Membiasakan Hal Baru

Kesimpulan awal mengenai perubahan adalah ‘Bagaimana anda membiaskan hal baik dan bagaimana anda berusaha menghilangkan kebiasaan buruk’. Entah dari siapa saya mendengar atau membaca hal tersebut. Seperti ada ilham yang meresap ke otak. Mempunyai sebuah target memang penting, tapi lebih logis jika kita menguasai teknik untuk membiasakan sesuatu.

(Case Study) Berfikir Negatif: Sebab, Gejala, Dampak dan Cara Penyembuhannya

Cerita bermula saat akhir bulan Maret 2013. Saat itu selepas jogging di hari Sabtu, badang tiba-tiba panas. Setelah 3 hari, demam tidak kunjung turun. Akhirnya diperiksa ke rumah sakit. Hasil cek darah tidak ada yang mengkhawatirkan. Tapi ternyata saya terkena campak. Lima hari kemudian saya sembuh. Tidak ada lagi demam, gatal dan bintik merah. Bulan Maret berakhir, namun seolah menjadi awal bagi masalah ini.

Bulan April saya kembali ke Jakarta untuk bekerja. Bayang-bayang sakit beberapa waktu sebelumnya masih ada. Setiap keluhan yang saya rasakan di badan, membuat khawatir. Saat badang panas, khawatir. Begitu pula saat tiba-tiba gatal, tiba-tiba sakit kepala, tiba-tiba perut mual, jadi khawatir. Dari hari ke hari seperti itu, menjadikan level kekhawatiran terus meningkat.

Kekhawatiran yang dirasakan itu terus berlangsung dan tak bisa dikendalikan. Terutama khawatir berlebihan mengenai kesehatan. Setelah dianalisis, apa yang membuat khawatir berlebih akhirnya dapat ditemukan penyebabnya. Saya punya teman di kantor yang meninggal karena suatu penyakit. Sejak saat itu saya menjadi semakin sering mencari tahu gejala-gejala penyakit tersebut di internet. Setelah mengetahui berbagai gejala penyakit tersebut, saya serasa mulai merasakan gejala tersebut di tubuh saya. Entah nyata atau halusinasi. Dari sana mulailah pikiran negatif muncul. Terus dan terus berkembang berkelanjutan.

Awal bulan Mei saya merasakan pusing dan sulit konsentrasi. Saat itu pikiran negatif semakin memuncak, yakni : saya meyakini bahwa ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Setelah menyampaikan pada orang tua, mereka menyarankan untuk tetap berfikir positif. Selain itu, untuk meyakinkan, mereka menyarankan untuk diperiksa ke dokter. Akhirnya saya diperiksa dokter.

Bertempat di rumah sakit yang tak jauh dari rumah, saya diperiksa dokter. Cek darah dan cek urine. Saya tidak sabar untuk mengetahui hasilnya. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya hasil test keluar. Hasilnya diluar yang selama ini saya khawatirkan. Cek darah dan cek urine, semuanya hasilnya bagus. Tidak ada yang mengkhawatirkan. Melihat hasil tersebut, dokter mendiagnosis saya kurang minum dan terlalu sering melihat layar komputer. Oke, case closed. Secara medis saya baik-baik saja.

Walaupun sudah dinilai sehat oleh dokter, saya masih merasakan pusing, sulit konsentrasi, dan kadang-kadang linglung. Pasti ada yang tidak beres. Masalahnya bukan pada kesehatan fisik, tetapi pada kesehatan pikiran. Satu bulan lebih digerogoti pemikiran negatif tentang kesehatan, itulah penyebabnya. Harus bertindak. Tidak boleh sampai dikendalikan oleh pikiran negatif. Saat itu mulailah membaca buku ‘Terapi Berfikir Positif’ karya Ibrahim Elfiky. Berdasarkan buku tersebut, saya mulai melakukan self hipnosys agar bisa memprogram ulang pikiran yang telah digerogoti pemikiran negatif. Selain itu saya juga mulai meditasi dan relaksasi melalui pernafasan. Sambil berdoa, akhirnya bisa kembali membangkitkan pemikiran positif dan tidak terlalu mengkhawatirkan kesehatan.

Pesan moral dari pengalaman saya itu adalah :

  • Jangan terlalu menanggapi informasi di internet mengenai kesehatan (misal : Hati-hati jika badan anda panas, anda bisa mengidap kanker). Biasa aja. Agak curiga juga sih, apakah ada konspirasi antara media dan rumah sakit agar ada pasien baru ? gak tahu deh, hehe.
  • Jangan terlalu khawatir mengenai kesehatan. Setiap orang punya level kesehatan berbeda.
  • Hati-hati saat terlintas pikiran negatif. Kalau terlintas, lawan. Jangan dibiarkan dan berlanjut begitu saja. Kalau tidak, pikiran negatif itu akan semakin berkembang dan sulit dihilangkan.
  • Jika sudah terlanjur dikuasai pikiran negatif, lakukan self hypnosys, meditasi, dan latihan pernafasan.

Burung Irian Burung Cendrawasih, Cukup Sekian dan Terima Kasih. 🙂

3K: Karir, Kuliah lagi, Kawin. Selalu Ada Alternatif Lain

Akan tiba masanya saat kita dipusingkan oleh berbagai pilihan. Di usia keemasan (bahasa pribadi untuk menggambarkan masa-masa setelah lulus kuliah dan baru mulai kerja) biasanya ada tiga pilihan fokus, yaitu 3K: KARIR, KULIAH LAGI, KAWIN. Apapun pilihannya, selama kita yakin sih oke-oke saja. Setiap pilihan mempunyai konsekwensi. Ada plus minusnya masing-masing.

Dengan memilih KARIR, kita bisa belajar langsung di dunia kerja sekaligus bisa meraup rupiah. Dengan memilih KULIAH LAGI, kita seolah-olah mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang agar bisa lari lebih kencang. Dengan memilih KAWIN, hidup jadi ada pendamping dan akan lebih tenang, katanya sih gitu.

Namun di luar dari ketiga jenis pilihan tersebut, ada juga orang yang lebih memilih untuk melakukan hal-hal baru. Misalnya, seorang lulusan jurusan ekonomi yang sedang bekerja di bidang akuntansi memilih untuk belajar bahasa asing kedua, misalnya bahasa mandarin. Setelah berhasil mempelajari bahasa mandarin sampai level tertentu, dia akan mencoba hal lain, misalnya belajar main piano. Begitulah seterusnya, sampai akhirnya dia puas melakukan banyak hal baru. Jika pilihan ini yang dipilih, kita harus punya batasan waktu yang tegas, kapan melakukan hal baru dan kapan melakukan hal yang lebih penting.

Ngomong-ngomong soal melakukan hal baru, beberapa waktu yang lalu ada talk menarik di TED. Topiknya tentang melakukan hal yang baru dalam 30 Hari. Di sana diceritakan seorang software engineer melakukan berbagai hal baru masing-masing selama 30 hari. Bersepeda ke kantor, menulis novel, dan memotret setiap hari. Cukup menginspirasi. Selengkapnya silahkan ke tkp : Matt Cutts: Try something new for 30 days #TED : http://on.ted.com/sTg8

Buang Sampah, Tertib Antrian, dan Hubungannya dengan Capuchino Cingcau

Gak di Bandung, gak di Jakarta, cukup gampang menemukan orang yang buang sampah sembarangan. Beberapa waktu lalu, saya gak sengaja melihat anak kecil melempar sampah dengan santainya ke jalan raya. Di lain kesempatan pernah pula melihat anak kecil membuang sampah ke selokan. Ada yang lebih parah, di depan saya sendiri pernah ada bapak-bapak membuang puntung rokok asal lempar begitu saja. Miris memang sih.

Tapi kemarin saya dibuat kagum sama anak kecil, umurnya sekitar 3-5 tahun. Saat sedang asik menikmati capuchino cingcau, terdengar suara anak kecil mengoceh. Tidak jelas anak itu bicara apa, tapi kemungkinan bukan menggunakan bahasa Indonesia. Anak itu berlari-lari sambil megang sesuatu. Sambil tetap mengoceh, bocah itu menghampiri tong sampah dekat elevator dan membuang sesuatu ke tong sampah itu. Rupanya yang dipegang bocah itu adalah sampah. Saya sempat berpikir, di mana ya orang tuanya, kok anak itu sendirian di tempat seperti ini. Tak lama setelahnya, terlihatlah orang tua si anak itu. Dia datang menghampiri si anak sambil bilang sesuatu. Saya kagum, anak sekecil itu sudah diberi pemahaman dan dibiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya, sampai-sampai di anak antusias untuk nyari tong sampah sambil berlari-lari.

Masih terkait dengan capuchino cingcau. Ada kejadian lain yang gak kalah mirisnya. Pernah suatu waktu saat antre membeli minuman itu, tiba-tiba ada dua bocah seumuran anak SMP nyerobot antrian tepat di depan saya. Lalu mereka pesen dengan santainya ke si mbak yang jualan. Karena agak kesel, saya reflek masang muka gak senang. Tapi untungnya si mbak yang jualan juga ngerti, dia gak menanggapi pesanan mereka, sebaliknya dia langsung melayani saya yang antriannya diserobot. Miris sekali, anak seumur itu masih belum ngerti caranya antre.

Kalau inget dua jenis insiden di atas, saya semakin bertekad kalau suatu saat punya anak, maka akan ditanamkan dua sikap sederhana, yaitu membuah sampah pada tempatnya dan mengantri dengan benar. Dengan membiasakan membuang sampah pada tempatnya, si anak belajar untuk disiplin sambil menghargai kebersihan. Sedangkan dengan mengantri dengan benar, si anak akan belajar untuk sabar dan menghargai orang lain yang sudah antre duluan.

Tapi eh, dua insiden itu juga bisa jadi bahan introspeksi buat kita, orang dewasa. Apakah selama ini sudah membuang sampah pada tempatnya ? Apakah selama ini sudah bisa tertib saat mengantri ?, nah lho.